Sabtu, 29 Juli 2017

Introduce:)



               Perkenalkan, namaku Siti Nur Himmi. Aku adalah anak pertama dari dua orang bersaudara. Aku punya seorang adik yang tampan, Ibu yang baik dan penyayang, serta Bapak yang tegas dan berwibawa. Rasa-rasanya semua itu adalah hadiah terbesar yang diberikan Allah kepadaku. Sejak kecil aku sudah berpindah-pindah sekolah, mulai dari TK sampai SMP sudah tak terhitung berapa kali aku pindah sekolah. Bukan hanya antar kota, tetapi juga antar Provinsi. Banyak orang mengatakan bahwa hal itu menarik, tetapi menurutku tidak. Berpindah tempat, bertemu dengan orang-orang baru, suasana baru, pengalaman baru, segalanya serba baru itu bukanlah hal yang mudah untuk kuhadapi saat itu. Memang benar, aku mendapatkan banyak teman... tetapi ketika aku harus pindah, sudah dapat dipastikan bahwa aku tidak akan bertemu dengan mereka lagi. Dan benar saja, sampai sekarang aku mencoba mencari tahu akun media sosial teman-teman lamaku, tetapi aku sama sekali tak menemukan satupun dari mereka.

                Yup.. cukup membahas tentang masa lalu, sekarang kita bahas masa sekarang. Sekarang aku sekolah disalah satu Madrasah Aliyah terkemuka dikota Medan. Hehe...bukan sombong lhoo... Aku sebelumnya juga tidak ada niatan masuk kesekolah itu. Mungkin takdir yang membawaku kesini, saat itu aku dan Ibuku sibuk mencari sekolah mana yang sekiranya dapat menjadi tempat untukku menuntut ilmu di masa putih abu-abu ku. Akhirnya dengan segala pertimbangan, Ibuku menyarankan agar aku mengikuti seleksi untuk masuk ke Madrasah Aliyah tersebut. Saat itu nyaliku sedikit menciut tatkala tahu bahwa ada sekitar dua ribu orang lebih yang mendaftar dan hanya tujuh ratus yang akan diterima.

                 Apalah dayaku yang hanya lulusan SMP dari kota yang disebut-sebut sebagai serambi Mekkah itu, tanpa skill dasar keagamaan yang kuat. Aku hanya bisa berdo’a dan pasrah, kuserahkan semua hanya kepada-Nya. Karena sejatinya perencana terbaik adalah Dia. Dan hari pengumuman itu tiba, jujur saja aku sempat pesimis kalau-kalau namaku tidak muncul di kertas pengumuman murid-murid yang berhasil diterima di Madrasah itu. Tetapi ternyata namaku ada, terselip dengan indah ditengah-tengah ratusan nama siswa lain disana. Saat itu airmataku tiba-tiba memaksa untuk keluar, ada perasaan senang bercampur haru. Ada sedikit rasa tak percaya bahwa aku mampu melakukannya, mengalahkan begitu banyaknya pesaing-pesaing handal yang mungkin skillnya jauh lebih baik daripada aku.

                 Tetapi bukan itu saja, ada hal lain yang ku pikirkan. Berpisah dengan orangtua. Yuppp, aku diterima di Madrasah Aliyah di Medan sedangkan Bapakku saat itu bekerja di Aceh. Otomatis aku akan diasaramakan, dan artinya lagi... aku harus tinggal jauh dari orangtuaku. Ada rasa tak siap dan hatiku bergejolak. Rasa takut pun terselip didalam hatiku, ‘bagaimana aku akan melewati semuanya tanpa keluargaku?’ ‘Bagaimana kalau aku tiba-tiba rindu dengan mereka?’ dan banyak hal lain yang berkelebat dikepalaku. Tetapi Ibuku berhasil menepis semua pemikiran-pemikiran kolot ku saat itu. Ibuku bilang bahwa ia yakin aku bisa melakukannya. Aku bisa mandiri tanpa kehadiran orangtuaku disisiku, dan akhirnya aku memutuskan untuk mencobanya..

                 Seminggu...dua minggu... aku masih belum bisa melupakan keluargaku, setiap dua jam sekali aku akan menelepon mereka, seperti tidak pernah berhenti ingin mendengar suara mereka. Tetapi akhirnya aku berpikir, ‘mau sampai kapan aku begini terus? Bukannya fokus belajar, malah mikirin mau cepat-cepat pulang dan jumpa keluarga. Lalu apa gunanya aku disini?’. Sejak hari itu aku mulai berusaha untuk tidak manja dan mengubur rasa rinduku perlahan-lahan. Mengerjakan segala sesuatu yang bermanfaat dan dapat membantuku untuk tidak memikirkan kerinduanku pada keluarga yang ku cinta itu.

                 Siraman rohani di Madrasah ini sangat membantuku merubah diri menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, aku semakin mendekatkan diriku kepada Rabb-ku. Aku menceritakan segala yang ingin ku ceritakan kepada-Nya, dan ada kedamaian didalam sini,di dalam dadaku. Kedamaian yang tidak pernah kurasakan saat aku menjauh dari-Nya, saat hati ini belum terbuka bahkan untuk hanya sekedar mendengar seruan dari-Nya. Aku mencoba menyimpulkan satu hal, Allah SWT telah menyiapkan cerita indah untuk kita. Kita hanya harus menjalaninya secara perlahan-lahan. Nikmati dan rasakanlah, maka kau akan menyingkap hal indah apa yang telah disediakan-Nya untukmu. 


Oh iya, sekarang aku udah kelas XII. Tahun terakhir ku di masa putih abu-abu, masa-masa yang sangat menyenangkan. Mungkin aku telat buat blog, tetapi tak apa-apa. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Hehe... Good night... 

           Salam dari kota Medan:)






                                                             _Acara Oktoberfest Unimed tahun 2016_