Perkenalkan, namaku Siti Nur Himmi. Aku adalah anak pertama
dari dua orang bersaudara. Aku punya seorang adik yang tampan, Ibu yang baik
dan penyayang, serta Bapak yang tegas dan berwibawa. Rasa-rasanya semua itu
adalah hadiah terbesar yang diberikan Allah kepadaku. Sejak kecil aku sudah
berpindah-pindah sekolah, mulai dari TK sampai SMP sudah tak terhitung berapa
kali aku pindah sekolah. Bukan hanya antar kota, tetapi juga antar Provinsi.
Banyak orang mengatakan bahwa hal itu menarik, tetapi menurutku tidak.
Berpindah tempat, bertemu dengan orang-orang baru, suasana baru, pengalaman
baru, segalanya serba baru itu bukanlah hal yang mudah untuk kuhadapi saat itu.
Memang benar, aku mendapatkan banyak teman... tetapi ketika aku harus pindah,
sudah dapat dipastikan bahwa aku tidak akan bertemu dengan mereka lagi. Dan
benar saja, sampai sekarang aku mencoba mencari tahu akun media sosial teman-teman
lamaku, tetapi aku sama sekali tak menemukan satupun dari mereka.
Yup.. cukup membahas tentang masa lalu, sekarang kita bahas
masa sekarang. Sekarang aku sekolah disalah satu Madrasah Aliyah terkemuka
dikota Medan. Hehe...bukan sombong lhoo... Aku sebelumnya juga tidak ada niatan
masuk kesekolah itu. Mungkin takdir yang membawaku kesini, saat itu aku dan
Ibuku sibuk mencari sekolah mana yang sekiranya dapat menjadi tempat untukku
menuntut ilmu di masa putih abu-abu ku. Akhirnya dengan segala
pertimbangan, Ibuku menyarankan agar aku mengikuti seleksi untuk masuk ke
Madrasah Aliyah tersebut. Saat itu nyaliku sedikit menciut tatkala tahu bahwa
ada sekitar dua ribu orang lebih yang mendaftar dan hanya tujuh ratus yang akan
diterima.
Apalah dayaku yang hanya lulusan SMP dari kota yang
disebut-sebut sebagai serambi Mekkah itu, tanpa skill dasar keagamaan yang
kuat. Aku hanya bisa berdo’a dan pasrah, kuserahkan semua hanya kepada-Nya.
Karena sejatinya perencana terbaik adalah Dia. Dan hari pengumuman itu tiba,
jujur saja aku sempat pesimis kalau-kalau namaku tidak muncul di kertas
pengumuman murid-murid yang berhasil diterima di Madrasah itu. Tetapi ternyata
namaku ada, terselip dengan indah ditengah-tengah ratusan nama siswa lain
disana. Saat itu airmataku tiba-tiba memaksa untuk keluar, ada perasaan senang
bercampur haru. Ada sedikit rasa tak percaya bahwa aku mampu melakukannya,
mengalahkan begitu banyaknya pesaing-pesaing handal yang mungkin skillnya jauh
lebih baik daripada aku.
Tetapi bukan itu saja, ada hal lain yang ku pikirkan.
Berpisah dengan orangtua. Yuppp, aku diterima di Madrasah Aliyah di Medan
sedangkan Bapakku saat itu bekerja di Aceh. Otomatis aku akan diasaramakan, dan
artinya lagi... aku harus tinggal jauh dari orangtuaku. Ada rasa tak siap dan
hatiku bergejolak. Rasa takut pun terselip didalam hatiku, ‘bagaimana aku akan
melewati semuanya tanpa keluargaku?’ ‘Bagaimana kalau aku tiba-tiba rindu
dengan mereka?’ dan banyak hal lain yang berkelebat dikepalaku. Tetapi Ibuku
berhasil menepis semua pemikiran-pemikiran kolot ku saat itu. Ibuku bilang bahwa ia
yakin aku bisa melakukannya. Aku bisa mandiri tanpa kehadiran orangtuaku
disisiku, dan akhirnya aku memutuskan untuk mencobanya..
Seminggu...dua minggu... aku masih belum bisa melupakan
keluargaku, setiap dua jam sekali aku akan menelepon mereka, seperti tidak
pernah berhenti ingin mendengar suara mereka. Tetapi akhirnya aku berpikir,
‘mau sampai kapan aku begini terus? Bukannya fokus belajar, malah mikirin mau
cepat-cepat pulang dan jumpa keluarga. Lalu apa gunanya aku disini?’. Sejak
hari itu aku mulai berusaha untuk tidak manja dan mengubur rasa rinduku
perlahan-lahan. Mengerjakan segala sesuatu yang bermanfaat dan dapat membantuku untuk tidak memikirkan kerinduanku pada keluarga yang ku cinta itu.
Siraman rohani di Madrasah ini sangat membantuku merubah
diri menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, aku semakin mendekatkan diriku kepada Rabb-ku. Aku menceritakan segala
yang ingin ku ceritakan kepada-Nya, dan ada kedamaian didalam sini,di dalam
dadaku. Kedamaian yang tidak pernah kurasakan saat aku menjauh dari-Nya, saat
hati ini belum terbuka bahkan untuk hanya sekedar mendengar seruan dari-Nya. Aku mencoba
menyimpulkan satu hal, Allah SWT telah menyiapkan cerita indah untuk kita.
Kita hanya harus menjalaninya secara perlahan-lahan. Nikmati dan rasakanlah,
maka kau akan menyingkap hal indah apa yang telah disediakan-Nya untukmu.
Salam dari kota Medan:)
_Acara Oktoberfest Unimed tahun 2016_